Puncak Langgeran Makin Berkesan Kala Dinikmati Bersama Teman-teman

Langgeran malam itu ramai. Di parkiran dekat dengan pos tiket, kami memarkir motor di antara motor-motor yang sudah ada. Terlihat beberapa kelompok orang yang hendak mendaki sedang bersiap-siap tak jauh dari tempat kami berdiri.

pemandangan langgeran
pemandangan langgeran doc.pribadi

Saat itu saya langsung menuju loket tiket. Saya bertanya pada penjaganya, berapa kelompok yang ngecamp malam ini Mas? Penjaga loket itu memeriksa catatan sebelum menjawab, “Ada 9 kelompok organisasi dan kira-kira sudah ada 22 camp personal di atas,”

 

Hari itu, tanggal 12 September 2015, kami tiba di pos kurang lebih Pukul 19.30 WIB. Adzan Isyak baru saja lewat. Gunung Api Purba Langgeran berada di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta.

 

“Wah, ramai ya,” seru saya.

 

“Ramai terus Mbak, tiap malam,”

 

“Hehe, asyik dong, banyak teman kan ya?” kata saya sambil masih mengintip di lubang tiket.

 

Penjaga loket itu tertawa, seraya bertanya, “Mbak mau ngecamp juga? Berapa orang?”

 

“Iya, berlima mas, berapa?”

puncak langgeran
puncak langgeran doc.pribadi

Karena sudah malam, maka kami harus membayar tiket per orang Rp 9.000,-.  Saat siang hari, Anda akan dikenai biaya tiket masuk sebesar Rp 7.000,- dan spesial untuk warga negara asing untuk memasuki area pendakian harus membayar tiket sebesar Rp 15.000,-. Loket tiket dibuka tiap hari selama 24 jam!

Baca Juga:

 

Setelah mendapatkan tiket, kami langsung mendaki. Saat kami berangkat mendaki, waktu mungkin sudah lebih dari Pukul 20.00 WIB.

 

Di punggung kami ada tas menempel. Satu tas besar di bawa salah seorang teman kami, Hakim, matras, sleeping bag, dan peralatan masak. Ratih, Abid, dan Erwin membawa tas berisi logistik, sedangkan saya hanya membawa tas berisi tenda dom.

menikmati pemandangan
menikmati pemandangan doc.pribadi

Kami memburu tempat ngecamp yang dekat dengan puncak. Spot yang paling strategis untuk melihat pemandangan kota dari ketinggian, spot itu kami namai pos bintang karena dari sana kami bisa melihat seluruh pemandangan kota dengan lampu yang berkelap-kelip.

 

Dari pos itu juga kami bisa melihat cakrawala yang menarik. Di sana, jika cuaca sedang cerah, kami bisa melihat siluet Gunung Merapi. Sebelum sampai puncak, di perjalanan kami harus melewati beberapa tantangan yang menarik, tak hanya tracknya yang barupa anak tangga berjumlah ratusan, tapi ada juga lorong sumpitan. Saat malam hari, lorong ini nampak sangat gelap, sehingga kami menggunakan senter sebagai penerangan.

 

Angin malam menemani perjalanan kami hingga ke puncak. Sesekali kami istirahat di gazebo-gazebo yang sudah dibangun di antara pepohonan sepanjang jalur pendakian. Gunung Api Purba kini tak semencekam saat saya datang pertama kali. Dulu, jalur pendakian masih berupa tanah, tak seperti sekarang yang sudah dicor. Kemudahan ini nampaknya bisa menjauhkan pendaki dari bahaya kepleset. Sementara di beberapa track yang dulu cukup menantang, juga sudah dibuat menjadi lebih mudah. Pendaki hanya perlu mengatur pernafasannya agar tetap stabil sampai puncak. Walaupun begitu, kewaspadaan kami tetap harus dijaga karena di sana masih ada monyet-monyet yang berkeliaran.

menikmati kabut
menikmati kabut doc.pribadi

Monyet-monyet di Langgeran ini saat pagi hari berkeliaran di sekitar tenda mengambili remah-remah makanan yang terbuang. Monyet-monyet ini tidak menyerang, mereka cukup tahu untuk menunggu manusia menyingkir dari lokasi kemah baru kemudian mendekat mengambil yang mereka inginkan.

 

Saat pagi hari, kami bisa menyaksikan matahari terbit dari timur. Tak hanya kami yang menunggu keajaiban alam pagi itu, tapi hampir semua pendaki yang ada di puncak Langgeran bersiap-siap dengan kameranya untuk mengabadikan momen sunrise yang berharga.

 

Kami datang ke Langgeran dengan misi yang sedikit berbeda dengan mereka. Kami datang untuk membuat video lucu, video ini akan kami persembahkan untuk sahabat kami, Susanto, yang akan lebih dulu menempuh hidup baru. Dia harus tahu kalau Langgeran makin berkesan kala dinikmati bersama teman-teman. Latar belakang yang kami pilih untuk menghiasi video adalah penampakan Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang.

 

Setelah membuat video dan sarapan pagi, kami bersiap-siap menuju Embung Langgeran. Lokasinya tak jauh dari Puncak Langgeran, bahkan di Puncak Langgeran pun kami bisa menyaksikan kejernihan Embung Langgeran.

 

Kami sampai di Embung Langgeran kurang lebih Pukul 10.00 WIB, hari Minggu, tanggal 13 September 2015. Sebelum sampai di bibir Embung, kami sempatkan dulu makan bakso tusuk yang dibakar. Sarapan kami belum cukup, jadi perlu menambah amunisi dengan bakso tusuk. Masing-masing menyantap satu tusuk bakso. Rasanya pedas manis, karena Erwin memesan rasa pedas manis untuk kami semua.

 

Dari Embung kami langsung pulang. Pemandangan kota jadi lebih menarik setelah refreshing! Walaupun sedikit ngantuk, kami tetap bisa berkendara dengan baik dan selamat sampai di rumah.

 


Bagikan Artikel ini:
Facebook Twitter Blogger